Ketika Asa Ku Hampir Patah

Perjuangannya melawan sakit tak goyah
tidak pula pupus untuk kembali pulih
Lagi, dia kembali mengatakan dirinya masih kuat
padahal, aku tahu persis 
disana ada luka yang berdarah sedarah darahnya.

entah semangat seperti apa yang ingin dia lakukan lagi
ku kira memang jelas disana tidak ada keluhan sama sekali
melihat ini aku menahan air mata, ku tahan semampuku
namun jelas aku tak sehebat ibu yang sedang melawan penyakit ganas nya
sampai aku menolak untuk menahan air mata ini, lalu pergi meninggalkan kamar.

aku menangis sekuat nya
seolah meneriaki takdir 
seakan tidak percaya harus menghadapi ujian seperih ini.
ada yang tersayat, ada luka yang begitu dalam
obat nya tidak mampu dengan lawakan selucu apapun, kelu.

Cerita itu berlalu, 
ku kenang dalam-dalam, tak akan lepas wajah ibu setiap langkah perjalanan
kepergian ibu nyaris membuat ku gila
namun aku tidak meronta, aku tidak ingin ibu menjadi lebih sakit 
ku lewati keperitan ini bertahun-tahun.

mungkin sewajar nya anak yang kehilangan orang tua,
bak hilangnya lampu depan sepeda motor, hilang cahaya.
namun aku, seperti hilang semua nya. bukan hanya lampu depan
tapi turut juga lampu kira-kanan
mungkin bukan hanya itu, aku benar-benar mogok 
tidak mampu lagi bergerak.

tidak ada secercah apapun di depan
sudah pasti gelap, makanan apapun rasa nya pahit 
televisi hiburan tidak menjadi lucu sedikitpun
hilang senyum ku dalam sekejap, kelu.

Kehilangan, 
ingin ku miliki waktu. 
ingin rasa nya ku putar kembali sejuta peluk bersamanya
namun tetap saja menjadi album kenangan.

Cukup,
seolah ada yang membisik
suara yang membangun
suara bangkit jelas terdengar disana
"kamu tidak perlu serapuh ini", suara itu membisik.
"kamu hebat seperti ibu yang telah melahirkanmu", suara itu kembali membisik
"kamu kuat seperti ibu menahan air mata saat menahan rasa sakit", suara itu semakin dekat.
"sudahi air mata ini, cukupi sesalmu, pahat masa depanmu, ukir namaku selama nya disana dengan doa indah dari merdunya suaramu", lalu kalimat itu putus.

ku cari cari kesemua sudut, aku tak mendapatinya, sama sekali tidak.
Mak, aku memanggil. Maak, suara ku mengeras.
Aku kebingungan, seolah kehilangan arah.

lalu aku terduduk, merunduk lesu.
Sedih ku terbilang hebat semasa hidupku saat itu.

Astaghfirullah, 

aku mengutuk diriku sendiri, 
membodohi pikiran ku sendiri,
betapa sialnya aku.

sesaat aku merenung, memberi waktu untuk menyadari kekonyolan selama ini,
sungguh bodoh.

Ya Rabb, aku bersimpuh di hadapan-Mu
Ampuni aku dan kedua orang tuaku
Jadikan kan lah kedua nya penghuni surga
Pertemukanlah nanti aku dengan mereka yang ku cintai
Sesungguhnya Kau Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang baik untukku.

Jadikan aku anak yang membanggakan kedua orang tua serta teman yang bermanfaat untuk sahabat semua.
Sungguh tak ingin rasanya aku kembali ke masa pahit yang menanam dalam dalam bahagia itu.

Terima kasih Tuhan, kau memberikan aku rasa bahagia yang tak pernah ku rasa, aku menikmati rindu bersama ayat-ayatmu yang indah. Hantarkan salam rinduku yang hangat ini untuk ibu dan ayah. Keduanya harus tau, seperti apa aku merindukannya selama ini :)

-chw

rindu ibu dan ayah

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Asa Ku Hampir Patah"

Post a Comment